Perlahan-lahan luka itu mulai sembuh. Kau sudah menemukan seorang yang bisa menuntunmu beranjak dari kesedihan, sementara aku masih asyik berkencan dengan kesendirian. Walau ada sedikit ketidakrelaan, ku rasa itu wajar untuk orang yang benar-benar tulus akanmu. Namun aku senang melihatmu kembali menemukan senyum di wajahmu, aku senang bisa mendengar tawamu yang sudah lama tak pernah lagi ku dengar, cahayamu tak seredup dulu semenjak bersamanya kembali.
Akhirnya, kau yang sempat menjadi poros alam semestaku bersanding dengan dia yang dengan lantang menyebutkan ijab kabul di sampingmu. Kurebahkan tubuhku, sesekali duduk dengan tatapan kosong dan sebatang rokok, berusahan menelan bulat-bulat kenyataan bahwa tuhan tidak mengizinkanku memilikimu namun tuhan hanya mengizinkanku mencintaimu. Rencana yang dulunya kita rajut kini menjadi miliknya untuk kalian wujudkan. Ada sedikit nestapa namun logika lalu mencubitku seraya berkata bahwa aku sebutulnya baik-baik saja. Aku tidak sedang merindukanmu, aku hanya merindukan kenangan tentangmu.
Pada suatu ketika di saat resepsimu akhirnya jagat raya kembali mempertemukan kita dengan cara yang sederhana, pada suatu ketika pula jagat raya memisahkan kita dengan cara yang luar biasa. Setelah melalui proses panjang akhirnya kita kembali di pertemukan meski kali ini bukan sebagai sepasang kekasih melainkan dua orang sahabat yang sudah mendapatkan pendewasaan masing-masing.
Tulisan ini telah tiba pada ujungnya. Ada lara, tawa, kecewa, serta cinta yang ku tumpahkan di dalamnya hinggah akhirnya tersemat sebuah keikhlasan. Ku harap kau membacanya dengan sebuah senyuman di bibirmu; menikmatinya dengan secangkir kopi kesukaanmu yang kau seruput di tengah malam. Mungkin masih kau temui sisa-sisa kenangan di sudut-sudut ruang. Tak masalah jika begitu asal kali ini ingat aku tanpa sedikit pun dendam sebagaimana aku yang berhenti menyalahkanmu atas hal-hal yang seharusnya namun tak pernah terjadi. kemudian bersyukurlah karena kau telah banyak berdamai dengan masa lalumu. Tuhan hanya mengutusmu sebagai guruku sebelum aku bertemu dengan kekasihku yang sebenarnya pendamping hidupku dan darimu aku belajar untuk mendamba, berharap, menunggu, jatuh cinta, patah hati, hingga kemudian sembuh dan mampu melangkah lagi.
Perasaan kita satu sama lain tidaklah mati ia hanya bermetamorfosis menjadi sesuatu yang jauh lebih indah dan kini kita sudah siap mengukir kisah indah kita masing-masing.
Salam untuk dia yang telah menaklukan hatimu, untuk dia yang kini menjagamu, untuk dia yang kembali bertemu denganmu di waktu yang tepat dan untuk kau yang sedang merasakan kebahagiaan. Kuharap kau baik-baik saja di sana dan soal aku jangan khawatir semesta memiliki rencana yang levih besar untuk ku
Makassar
Pukul 02.25
Menulis dengan di iringi banda neira - sampai jadi debu
Aku mengikhlaskanmu.